WHAT'S NEW?
Loading...


MAKALAH SULTAN HASANUDDIN



DAFTAR ISI

Halaman judul..................................................................................................................... 1
Daftar isi.............................................................................................................................. 2
Kata pengantar   ............................................................................................................. .    3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang.................................................................................................. 4
1.2  Tujuan................................................................................................................ 4
1.3  Manfaat............................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asal-usul Tokoh................................................................................................. 5
2.2  Latar Belakang Perlawanan.............................................................................. 6
2.3 Jalannya Perlawanan.......................................................................................... 7
2.4 Perjanjian-perjanjian.......................................................................................... 13
2.5 Akhir Perlawanan.............................................................................................. 14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................ 16
3.1 Saran.................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 17


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Indonesia “Sultan Hasanuddin”. Makalah  ini diselesaikan guna memenuhi tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia. Makalah ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian makalah  ini. Terima kasih kami ucapkan sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang sudah membantu penyelesaian, yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
            Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, maka dari itu kami memohon  maaf  jika terdapat kesalahan dalam  penyampaian, penyajian, penulisan maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi untuk para pembaca dan kami sendiri sebagai penulis.Kami juga berharap Bapak/Ibu Guru dapat mengkritik makalah kami sehingga nantinya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.


                                                                                          Lumajang, 9 September 2017

  
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Nusantara kita terdiri dari ribuan pulau dengan kekayaan alam yang berlimpah ruah. Diantara pulau-pulau itu, ada sebuah pulau yang bentuknya menyerupai huruf K. Pulau itu tidak lain adalah Pulau Sulawesi. Dahulu, pada abad ke-15 sampai abad ke-17, di bagian pulau sulawesi terletak sebuah kerajaan yang besar dan disegani bernama kerajaan gowa. Menurut catatan para ahli, kerajaan gowa ini didirikan pada sekitar tahun 1300 Masehi dan dikenal serta disegani oleh bangsa Eropa kerena kebesaran dan kekuatan armada perangnnya. Salah satu raja yang memerintah kerajaan gowa itu adalah I Mallombasi Daeng Mattawang, Karaeng Bonto Mangape, Sultan Hasanuddin, Tumenanga ri Ballapangkana (yang meninggal di istananya yang indah). Beliau dikenal sebagai Sultan Hasanuddin, yang dijuluki "Ayam Jantan Dari Timur".Raja Gowa ke-16 yang memerintah kerajaan gowa tahun 1653-1669 menggantikan ayahnya Sultan Malikussaid yang memerintah pada tahun 1639-1653.

1.2  Tujuan
-          Untuk mengetahui asal-usul Sultan Hasanuddin
-          Untuk mengetahui Latar belakang perlawanan Sultan Hasanuddin
-          Untuk mengetahui Jalannya perlawanan Sultan Hasanuddin
-          Untuk mengetahui Perjanjian-perjanjian Sultan Hasanuddin
-          Untuk mengetahui Akhir perlawanan Sultan Hasanuddin

1.3  Manfaat
-          Mengetahui asal-usul Sultan Hasanuddin
-          Mengetahui Latar belakang perlawanan Sultan Hasanuddin
-          Mengetahui Jalannya perlawanan Sultan Hasanuddin
-          Mengetahui Perjanjian-perjanjian Sultan Hasanuddin
-          Mengetahui Akhir perlawanan Sultan Hasanuddin

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Tokoh

Sultan Hasanudin Banten atau yang bernama lengkap Sultan Maulana Hasanuddin memiliki peran penting menyebarkan agama Islam di Banten. Ia pendiri kesultanan Banten, sekaligus menjadi penguasa pertama kerajaan islam di Banten. Sultan Hasanudin adalah putra kedua dari Nyi Kawunganten, putri dari Prabu Surasowan yang saat itu menjabat sebagai bupati Banten dan Syaikh Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan sebutan sunan gunung jati, salah satu dari walisongo.Sultan Hasanuddin (lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631 – meninggal di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Muhammad Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi Selatan sekaligus guru tarekat dari Syeikh Yusuf dan Sultan Hasanuddin. Setelah menaiki Tahta sebagai Sultan, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten olehBelanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Timur. Ia dimakamkan di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasionaldengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973
Sultan Hasanuddin lahir di Gowa, merupakan putera I Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Malikulsaid, Raja Gowa ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili Kompeni sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Kerajaan Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.Sejak kecil Sultan Hasanudin telah diberi gelar Pangeran Sabakingking atau Seda Kikin oleh kakeknya, Prabu Surasowan. Begitu sang prabu wafat, kedudukannya diwariskan pada putranya yang bernama Arya Surajaya atau Prabu Pucuk Umun yang kemudian memerintah di wilayah Banten Girang, di bawah kekuasaan kerajaan Pajajaran. Pada masa itu agama yang diakui secara resmi masihlah hindu. Pada usia 21 tahun, Sultan Hasanuddin ditugaskan untuk menjabat bagian pertahanan Kerajaan Gowa. Di sinilah Sultan Hasanuddin mulai bermain strategi mengatur pertahanan untuk melawan serangan Belanda yang ingin memonopoli perdagangan di Maluku.Setahun kemudian ayahnya wafat, dan atas titah beliau, Sultan Hasanuddin yang seharusnya tidak ada dalam garis tahta dinobatkan menjadi raja karena kepintaran dan keahliannya.
Peperangan dengan Belanda berlangsung alot karena dua kubu memiliki kekuatan armada yang sebanding. Hingga Belanda menemukan bahwa daerah-daerah di bawah kekuasaan Gowa mudah dihasut dan dipecah belah.Arung Palakka yang merupakan sahabat sepermainan Sultan Hasanuddin saat kecil memimpin pemberontakan Raja Bone terhadap Kerajaan Gowa.
Tahun 1662, Belanda kembali mengobarkan perang saudara dan di tahun 1664, Sultan Ternate, Sultan Buton dan Arung Palakka berhasil disatukan di bawah kendali Belanda.
Setelah 16 tahun berperang tidak hanya dengan Belanda namun juga dengan rakyatnya sendiri (yang memberontak), Sultan Hasanuddin akhirnya kalah dalam peperangan tahun 1669.Di tahun yang sama Sultan Hasanuddin mundur dari jabatannya sebagai Raja Gowa dan memilih menjadi pengajar agama Islam sambil tetap menanamkan rasa kebangsaan dan persatuan. Sultan Hasanuddin wafat tanggal 12 Juni 1670, dan tidak mau bekerja sama dengan Belanda hingga akhir hayatnya.

2.2 Latar Belakang Perlawanan

Perkembangan politik, ekonomi, dan sosial di Sulawesi Selatan pada abad-abad yang lalu sangat dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan itu yang besar pengaruhnya adalah kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Kerajaan Gowa kemudian bersatu dengan kerajaan Tallo, terkenal dengan nama kerajaan Gowa-Tallo. Kemudian setelah Sultan Alauddin (Raja Gowa) meninggal,Sultan Hasanuddin melanjutkan perjuangan ayahandanya (Raja Gowa)  melawan VOC yang menjalankan monopoli perdagangannya di Indonesia bagian timur. Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan dagang. Letaknya amat strategis, diantara jalur pelayaran dari Malaka ke Maluku. Ibu kotanya Sombaopu yang merupakan pelabuhan transito yang sangat ramai. Setelah mengetahui arti pentingnya Pelabuhan Sombaopu, VOC berhasil menjalin hubungan persahabatan dan perdagangan dengan kerajaan Gowa Tallo.
Semula, hubungan kedua belah pihak berjalan baik, namun kemudian hubungan baik tersebut menjadi permusuhan. Sebab VOC mengajukan permintaan-permintaan yang sulit diterima oleh Kerajaan Gowa Tallo. Permintaan tersebut adalah :
1.      VOC meminta agar Kerajaan Gowa Tallo mau diajak menyerang Banda.
2.      VOC meminta hak monopoli dagang di Kerajaan Gowa.
3.      VOC meminta agar kapal-kapal dagang Makassar jangan membeli rempah-rempah di Maluku.

VOC menganggap orang - orang Makasar dan Kerajaan Gowa sebagai penghalang dan saingan berat, bahkan VOC menganggap orang Makasar sebagai musuh yang sangat berbahaya. Kerajaan Gowa-Tallo ini bersikap anti Belanda oleh karena Belanda menjalankan politik monopoli perdagangan rempah-rempah, politik ekstirpasi dan mencampuri urusan penggantian tahta (politik devide et impera). Di samping itu, Belanda berusaha membatasi pelayaran perahu pinisi orang-orang Makasar di Maluku.Raja-raja Gowa-Tallo berpendapat, bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan laut, oleh karena itu siapa pun boleh melayarinyauntuk mencari nafkah.  Selain itu Belanda juga  menganggap Makasar sebagai pelabuhan gelap, Belanda mengadakan blokade terhadap Makasar; Hitu dan kambelo meminta bantuan Makasar, Aru Palaka dimanfaatkan oleh Belanda dan Sultan Hasanudin menolak monopoli perdagangan oleh belanda itu semua membuat pecahnya peperangan antara Sultan Hasanuddin sebagai pemimpin Kerajaan Gowa ke-16 dengan Belanda.

2.3 Jalannya perlawanan
Awal Masa Perang
Perang pertama dengan Belanda terjadi pada saat pemerintahan Hasnuddin berumur 3 tahun.Tahun 1631 sampai 1634 armada Gowa dan Ternate saling serang dengan armada Belanda di perairan Maluku. Tahun 1634 Raja Gowa mengirim armada terdiri dari 100 perahu perang ke Ambon membantu rakyat Ambon melawan Belanda yang memusnahkan pohon-pohon cengkeh dan pala di Maluku.
Raja Gowa berkewajiban melindungi kerajaan sekutunya di Ambon. Perang itu dikenal dengan nama perang Hongi. Setahun sesudah itu belanda mengirim 12 kapal ke perairan Makassar dan memulai menembaki benteng galesong.Untunglah setahun sebelumnya benteng yang terbuat dari tanah itu sudah diubah dan dibuat dari batu, sedangkan perahu dan kapal perang armada Gowa sudah meninggalkan perairan Makassar sebagai taktik untuk menghindari bentrokan.Serangan Belanda ini gagal total.
Keinginan Kompeni Belanda untuk mengusai dan menaklukkan Gowa makin kuat. Berbagai cara dipergunakan. Pada bulan Juni 1637 Kompeni Belanda yang dipimpin Gubernur Jendral Anthony Van Diemen berhasil membuat perjanjian dengan Kerajaan Gowa.Van Diemen meminta agar Raja Gowa melarang Portugis dan inggris berdagang di Makassar, tetapi permintaan itu ditolak oleh Sultan Alauddin.Orang Belanda belum diluaskan untuk tinggal dan menetap di Makassar.Pada waktu itu Raja Gowa menerima tamu-tamu asing di istananya yang terdapat di dalam benteng Somba Opu.
Selanjutnya perang kedua terjadi pada tahun 1645 ,tahun itu penuh cobaan bagi Sultan Hasanuddin, belum cukup setahun menduduki tahta, Mangkubumi yang berani dan bijaksana I Mangngada' Cinna Karaeng Pattingaloang wafat. Cobaan ini tidaklah menyurutkan tekad Sultan Hasanuddin, Karaeng Karunrung Putra Karaeng Pattingaloang naik menggantikan ayahnya sebagai mangkubumi kerajaan Gowa.
Perang dua hari dengan pasukan Belanda pada April 1655 di Buton yang dipimpin langsung oleh Sultan Hasanuddin.Benteng pertahanan Kompeni Belanda di Buton berhasil direbut dan 35 orang Belanda terbunuh dalam peperangan ini.Belanda menyadari bahwa perang dengan Sultan Hasanuddin telah menelan biaya yang dan kerugian yang besar, maka diutuslah duta ke somba opu mewakili gubernur jendral belanda di Batavia. Utusan itu bernama Willem Van der beek dan menerima perjanjian tanggal 28 Desember 1655 yang berisi: "Pasukan Makassar yang berada di Maluku di tarik kembali, tukar menukar tawanan perang. Belanda berjanji, bila kerajaan Gowa berperang dengan salah satu bangsa maka kompeni Belanda tidak boleh ikut campur.Musuh Belanda bukanlah musuh Kerajaan Gowa".
Tahun 1657 Belanda mengutus lagi Willem Bastingh karena tidak senang melihat perdagangan antara Hitu, Seram dan Makassar berjalan lancar, karena ingin memonopoli perdagangan.Utusan itu membawa ultimatum yang bersifat mengancam kepada Sultan Hasanuddin. Ultimatum itu dibalas dengan surat yang juga bernada keras. Sultan Hasanuddin tidak mau menyerah - perlawanan sultan hasanudin melawan belanda. Kompeni Belanda memilih perang, armada besar dipersiapkan 31 kapal perang dan 2700 tentara terlatih dipimpin oleh Johan van Dam dan dibantu oleh Johan Truytman. Peperangan ini berlangsung selama hampir 2 tahun lamanya.Pada tangal 12 Juni 1660 Benteng Panakkukang jatuh ketangan Belanda.
Dengan semangat lebih baik mati daripada menyerah kepada Belanda, pasukan Sultan Hasanuddin bertempur selama dua hari, lebih dari 2000 orang portugis diusir dari Makassar dan armadanya dihancurkan. Orang Portugis ini oleh Belanda dikirim ke Pulau Timor, dari kedua belah pihak berjatuhan banyak korban yang tewas dan luka. Setelah itu gencatan senjata dilakukan.Perundingan damai dilaksanakan.Karaeng Popo dan sejumlah bangsawan kerajaan Gowa berangkat ke Batavia untuk berunding.Hasilnya, adalah sebuah perjanjian yang merugikan Kerajaan Gowa. Perjanjian itu bernama Perjanjian Batavia
Belum hilang bekas perang dengan Belanda, Raja Bone melakukan pemberontakan dengan mulai memerangi Kerajaan Gowa. La Tenri Tatta to Erung Bergelar Arung Palakka, sahabat sepermainan Sultan Hasanuddin semasa kecil yang memimpin pemberontakan itu. Namun, laskar kerajaan Gowa dapat mematahkan pemberontakan itu pada tanggal 11 Oktober 1660. Arung Palakka bersama 4000 orang pasukannya menyingkir ke Buton dan mendapat perlindungan di sana. karena pada saat itu Sultan Buton telah bersekutu dengan Belanda.
Politik Memecah Belah
 Kerajaan-Kerajaan Nusantara yang terpecah-pecah diadu satu sama lain. Kedatangan Arung Palakka di Batavia disambut hangat oleh Kompeni Belanda.Kerugian yang diderita Belanda untuk menundukkan Sultan Hasanuddin cukup banyak dan sudah memakan waktu yang lama.Kesempatan menaklukkan Gowa sudah terbuka, Arung Palakka bisa diadu dengan Sultan Hasanuddin. Perang saudara bisa dilakukan.
Sambutan terhadap Arung Palakka sangat meriah. Daerah Angke di Batavia diberikan untuk tempat tinggal Arung Palakka bersama pengikutnya.Sultan Hasanuddin sangat sedih mendengarnya.Persiapan sudah dilakukan.Benteng-bentang sudah diperbaiki.Meriam dan alat perang sudah ditambah, prajurit juga ditambah. Sementara itu Belanda sudah mempersiapkan suatu armada besar, pukulan terakhir untuk Kerajaan Gowa akan segera dilancarkan.
Pada tahun 1662 kapal Belanda De Walvis masuk ke perairan Makassar tanpa pemberitahuan.Pengawal pantai mencegat dan perangpun terjadi, 16 pucuk merian disita.Pihak Belanda menuntut pengembalian meriam itu.Belanda kemudian mulai meniupkan perang saudara.Tahun 1664, Sultan Ternate, Sultan Buton dan Arung Palakka dikumpulkan dalam suatu pertemuan di Batavia.Mereka harus memerangi Sultan Hasanuddin, dan Belanda akan memberi bantuan. Sultan Hasanuddin sudah mengetahui cara Belanda itu, sikap lunak ditunjukkan karen aperang saudara harus dihindari.
Sultan Hasanuddin mau berdamai tetapi meminta Belanda agar Bone, Buton dan Seram tidak dianak emaskan.Akan tetapi Belanda sudah berniat untuk menghancurkan Kerajaan Gowa.Untuk mempersiapkan perang besar melawan Belanda, Sultan Hasanuddin harus menundukkan kerajaan yang sudah berhasil dibujuk oleh Belanda.Buton harus dibebaskan terlebih dahulu, Sultan Hasanuddin memerintahkan untuk menyiapkan sebuah ekspedisi ke timur. 700 buah kapal perang dan 20.000 prajurit di bawah pimpinan Laksamana Alimuddin Karaeng Bontomarannu beserta Sultan Bima dan Raja Luwu yang telah diangkat menjadi laksamana muda kerajaan Gowa memimpin armada tersebut.
Akhir Oktober 1666 Buton berhasil diduduki oleh Laksamana Karaeng Bontomarannu, akan tetapi Buton dapat dibebaskan oleh armada Belanda yang dipimpin oleh Admiral Speelman dan Arung Palakka yang ikut dalam armada itu. Belanda telah berhasil mengadu domba antara kerajaan-kerajaan Nusantara di belahan timur sehingga saling menyerang.
Perang Terbuka
Rapat penguasa Kolonial Belanda di Batavia tanggal 5 Oktober 1666 memutuskan untuk segara menaklukkan Kerajaan Gowa dan merebut Makassar.Armada Belanda dipimpin oleh Cornelius Speelman dibantu oleh Arung Palakka dan Kapten Jongker dari Manipa dan sekutu-sekutu Belanda. Armada itu berangkat dari Batavia 24 Nopember 1666 dengankekuatan yang besarnya 21 buah kapal perang besar 600 orang tentara Belanda, 400 laskar Arung Palakka dan Kapten Jongker. Armada itu tiba di depan bentang Somba Opu tanggal 15 Desember 1666.
Di dalam Kota Makassar di pusat Ibu Kota Gowa dan daerah di sepanjang pantai menjadi tegang.Menunggu saat-saat penyerangan Belanda.Para pedagang asing yang bermukim disana menghentikan kegiatannya dan membuat perlindungan - Sejarah Perjuangan Sultan Hasanuddin.Semua meriam dan pasukan di seluruh benteng sudah siap, bahan makanan sudah dipersiapkan untuk persiapan perang beberapa bulan, sepanjang pantai dari Tallo sampai Bantaeng pasukan perlawanan rakyat sudah dipersiapkan pula.
Satu-satunya yang dikhawatirkan Sultan Hasanuddin adalah pasukan Bone yang berada di dalam daerah pertahanan Gowa yang sudah memberontak, dan armada perangnya dengan 700 kapal di bawah pimpinan Laksamana Karaeng Bontomarannu yang masih berada di Buton.
Saat-saat tegang Speelman mengirim utusan menemui Sultan Hasanuddin, utusan itu membawa tuntutan agar Sultan Hasanuddin menyerah saja dan membayar kerugian Belanda dalam perang terdahulu.Tuntutan Speelman ini hanya alasan untuk memulai penyerangan. Saat yang ditunggu akhirnya tiba.Pagi buta tanggal 21 Desember 1666 Bendera merah dikibarkan armada perang Speelman. Meriam-meriam Belanda mulai memuntahkan pelurunya, udarapun dipenuhi asap mesiu. Semangat perlawanan para prajurit Gowa terbakar dan menyala-nyala.Perahu kecil bersenjata menyerbu mendekati kapal perang Belanda.Dengan dilindungi oleh hujan yang sangat lebat armada semut perahu perang milik Kerajaan Gowa mulai menghantam dari dekat inti armada perang Speelman.Speelman menhgundurkan diri dari Somba Opu ke selatan meninggalkan pantai.
Di Laikang pantai sebelah selatan Makassar, pasukan-pasukan pendarat Speelman dan Arung Palakka mencoba mengadakan pendaratan.Pasukan Gowa bersama rakyat telah menanti dengan semangat pantang menyerah.Pasukan penjajah dibuat kocar-kacir olehnya.Tanggal 24 Desember 1666, armada Speelman mundur dan meninggalkan pantai Laikang, berlayar ke selatan dan mendaratkan pasukannya di Bantaeng esok harinya.Perahu-perahu dagang yang ramai dipantai waktu itu dihantam dan ditenggelamkan.Bantaeng dan 30 desa di sekitarnya dibumihanguskan, tak luput pula lumbung beras Kerajaan Gowa ikut dibakar.
Laskar kerajaan Gowa menyerbu dan perangpun berkecamuk Perkelahian satu lawan satu terjadi.Korban berjatuhan dikedua belah pihak.Setelah bertempur sehari semalam Speelman mundur dan semua pasukannya ditarik naik ke kapal.Speelman memutuskan untuk menghadapkan Sultan Hasanuddin dengan pasukan Raja-raja Buton, Ternate dan Bone untuk mengurangi kerugian dipihak mereka.
Kabar dari mata-mata Speelman juga memberitahukan bahwa armada inti kerajaan Gowa dibawah pimpinann Laksamana Karaeng Bontomarannu masih berada di Buton dengan 700 kapal perangnnya.Inilah kesempatan menghancurkan kekuatan laut Sultan Hasanuddin.
Tanggal 1 Januari 1667 armada Speelman tiba di Buton dan langsung menghantam armada Karaeng Bontomarannu yang sudah kelelahan menghadapi pasukan Buton di darat.Akhirnya Karaeng Bontomarannu menyerah tanpa syarat kepada Speelman pada tanggal 4 januari 1667.Kemenangan ini dirayakan Speelman. Kepada Sultan Buton, pihak Belanda memberikan hadiah 100 ringgit setahun.
Armada Speelman berlayar ke Ternate.Arung Palakka mengirim pasukannnya sebanyak 2000 orang ke Bone untuk membentuk pasukan baru untuk persiapan menyarang Gowa. Bulan Juni 1667 Speelman bersama Sultan Mandarsyah yang membawa pasuka Ternate, Bacan dan Tidore bergabung dengan pasukan Arung Palakka dan Kapten Jongker. Perang pecah tanggal 7 Juli setelah sekitar 7000 orang pasukan Gowa menyerang tiba-tiba.Empat hari kemudian armada Belanda berlayar menuju pusat Kerajaan Gowa.tanggal 19 Juli perairan Makassar sudah dipenuhi oleh kapal perang Belanda. Benteng Somba Opu sudah dikepung dari laut.
Perang Menentukan
Benteng Somba Opu yang menjadi pusat pertahanan utam kerajaan Gowa langsung dipimpin oleh Sultan Hasanuddin dan Sultan Harun Al Rasyid Raja Tallo.Karaeng Bontosunggu memimpin benteng Ujungpandang dan Karaeng Popo memimpin pertahanan di benteng Panakkukang.
Tanggal 19 Agustus 1667 pagi hari, Benteng Galesong diserang oleh meriam pasukan Belanda, dalam serangan ini persedian beras kerajaan Gowa di Galesong berhasil dibakar Belanda. Hari demi hari perang berkecamuk. Diawal September 1667 Speelman memindahkan perhatiannya. Di daratan 6000 orang pasukan Arung Palakka bersama Kapten Poolman menyerang Galesong dan Barombong.Dengan meriam besar jarak jauh milik pasukan Gowa mengusir armada Speelman.Di darat pasukan Arung Palakka berhasil dipukul mundur.
Keadaan ini membuat Speelman meminta bantuan dari Batavia.Belanda mengirim 5 kapal perang besar dibawah komando Kapten P. Dopun.Tanggal 22 Oktober 1667 Armada Speelman dan Dupon mengepung rapat Makassar.Dengan meriam-meriam besar, benteng Barombong dibobol.Pasukan Speelman didaratkan di Galesong dibantu Arung Palakka.
Somba Opu dikepung dari laut maupun darat.Terjadi pertempuran yang sangat sengit antara Gowa dan pasukan Bone, Ternate, Buton dan Maluku, korban berjatuhan dari bangsa sendiri yang diadu oleh Belanda.
Kedua belah pihak sudah sangat kelelahan.Tanggal 5 Nopember 1667 Speelman melapor ke Batavia bahwa pasukannya sudah sangat lelah, semangat tempur merosot.182 serdadu dan 95 matros jatuh sakit. Pasukan Buton, Ternate dan Bugis juga diserang sakit perut. Speelman minta dikirimi lagi perlengkapan dan prajurit.Pasukan Sultan Hasanuddin juga mengalami hal serupa.Pertempuran selama berbulan dan pengepungan benteng sangat mencemaskan dan merisaukan Sultan Hasanuddin.Setelah 4 hari bertempur, benteng Barombong direbut Belanda, tetapi semangat semangat prajurit Gowa masih membara.Sultan Hasanuddin masih mampu meneruskan perang.
Sultan Hasanuddin dikenal arif dan bijaksana.Beliau merasa sedih karena harus bertempur melawan keluarga sendiri. Arung Palakka La Tenri Tatta to Erung sudah seperti saudara kandung sendiri. Speelman kemudian mengusulkan perdamaian.Sultan Hasanuddin mempertimbangkan bahwa pertumpahan darah di kalangan orang Makassar dan Bugis harus segera dihentikan.
Meneruskan perang hanya akan menguntungkan Belanda. Perundingan antara Speelman dan Sultan Hasanuddin diadakan di Bungaya dekat benteng Barombong yang sudah direbut Belanda. Setalah berkali-kali berunding, maka pada hari Jum'at tanggal 18 November 1667, tercapailah suatu perjanjian perdamaian yang dikenal sebagai "Cappaya Ri Bungaya" atau perjanjian Bungaya. Perjanjian ini tidak berlangsung lama karena memberatkan kerajaan Gowa.Benteng Ujungpandang diserahkan kepada Speelman dan diganti namanya menjadi "Fort Rotterdam". Speelman juga mempersiapkan benteng ini untuk bertahan dan menyerang, karena keyakinannya bahwa perjanjian Bungaya akan segera batal.

Perang Terakhir
Raja Tallo Sultan Harun Al Rasyid, Karaeng Lengkese, dan Arung Matowa Wajo tidak menerima perjanjian Bungaya. Pasukannya ditarik, tekad mereka tetap."Hanya Mayat yang bisa menyerah". Karaeng Karunrung mendesak Sultan Hasanuddin membatalkan Perjanjian Bungaya. Akhirnya perang pecah kembali tanggal 21 April 1668.Karaeng Karunrung menyerang benteng Ujungpandang (Fort Rotterdam).Hari demi hari bulan demi bulan perang terus berkecamuk.
Dalam catatan buku harian Speelman tertulis antara lain: "Pertempuran berlangsung sengit. Banyak orang Belanda mati atau luka, Arung Palakka juga menderita luka.Setiap hari 7 atau 8 orang serdadu Belanda dikuburkan.Speelman jatuh sakit. 5 orang dokter, 15 pandai besi tewas. Tenaga bantuan dari Batavia hanya 8 orang yang masih sehat.Dalam tempo 4 minggu, 139 orang mati dalam benteng Ford Rotterdam dan 52 orang tewas di kapal".
Sultan Hasanuddin memerintahkan untuk melakukan perbaikan kembali benteng yang rusak.Tanggal 5 Agustus 1668, Karaeng Karunrung membawa pasukannya menyerbu Fort Rotterdam. Pada serangan ini Arung Palakka nyaris tewas. Speelman meminta bantuan dari Batavia.Pasukan dan peralatan perang dari Batavia tiba pada bulan April 1669.Meriam besar dibuat dan larasnya diarahkan ke benteng Somba Opu.Parit-parit pertahanan ke benteng Somba Opu sudah dibuat, persiapan Belanda sudah matang.
Akhirnya pada tanggal 15 Juni 1669 pasukan Speelman menyerang benteng Somba Opu.Pertempuran berlangsung siang dan malam.Meriam Belanda menembakkan lebih 30.000 biji peluru ke benteng Somba Opu.Patriot kerajaan Gowa tetap memberikan perlawanan yang gigih atas serangan Belanda dan hujan peluru.
Setelah perang selama selama 10 hari siang dan malam, maka pada tanggal 24 Juni 1669 seluruh benteng Somba Opu dikuasai Belanda. Benteng Somba Opu kemudian diratakan dengan tanah, beribu-ribu kilo amunisi meledakkan benteng yang tebalnya 12 kaki ini.Udara merona merah dan tanah seakan gempa.Mayat-mayat bergelimpangan dimana-mana. Hangus dibakar ledakan mesiu dan api yang menjilat. Seluruh Istana Somba Opu dihancurkan.
Sultan Hasanuddin kalah perang, tetapi menurut pengakuan Belanda, pertempuran inilah yang paling dahsyat dan terbesar serta memakan waktu yang paling lama dari yang pernah dialami Belanda dibumi Nusantara waktu itu. Sultan Hasanuddin dan Pasukannya dijuluki "Ayam Jantan Dari Timur" karena semangatnya yang pantang mundur.

2.4  Perjanjian-perjanjian
1) Perjanjian Bongaya

Latar Belakang Perjanjian Bongaya

Peperangan besar menjadi latar belakang dari awal mula perjanjian Bongaya. Perlawanan Kerajaan Gowa menghadapi Belanda mencapai puncaknya pada masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin, putra Sultan Muhammad Said dan cucu Sultan Alaudin pada tahun 1653 sampai 1669.Selain menghadapi Belanda, Sultan Hasanuddin juga harus menghadapi perlawanan dari Aru Palaka  pada tahun 1660. Akhirnya Sultan Hasanuddin terdesak menghadapi perlawanan Aru Palaka yang dibantu oleh Belanda ini. Dengan semangatnya yang menyala-nyala, Hasanuddin dijuluki Ayam Jantan dari TimurDalam satu kesempatan, pasukan Kerajaan Gowa tidak mampu menghadapi pasukan Belanda yang dilengkapi senjata canggih dan tambahan pasukan dari Batavia (Jakarta).Akhirnya, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani perjanjian di wilayah Bongaya pada tanggal 18 November 1667.

Isi Perjanjian Bongaya

Isi perjanjian Bongaya antara Sultan Hasanuddin sebagai Raja Gowa mengakui kepemimpinan dan kekuasaan oleh Belanda (VOC) di Makassar.Kerajaan Gowa juga wajib menyerahkan Benteng Ujungpandang (kemudian menjadi Fort Rotterdam) kepada Belanda. Berikut ini ringkasan dari isi perjanjian Bongaya:
§  Makassar harus mengakui monopoli dari  VOC.
§  Wilayah Makassar dipersempit hingga tinggal daerah Gowa saja.
§  Makassar harus membayar ganti rugi dari perang.
§  Hasanuddin harus mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone yang baru.
§  Gowa tertutup untuk orang asing selain VOC.
§  Benteng-benteng yang ada selain Benteng Rotterdam harus dihancurkan.
Tapi, isi perjanjian Bongaya tidak berlaku lama, karena Sultan Hasanuddin kembali memimpin rakyatnya untuk melakukan peperangan dengan Belanda.Pada awalnya, Belanda kewalahan menghadapi serangan yang mendadak ini.Dengan persenjataannya yang lengkap, mereka dapat mengalahkan Sultan Hasanuddin dan rakyatnya. Sultan Hasanuddin dan rakyat Makassar tidak bisa berkutik ketika benteng Somba opu yang menjadi pusat pertahanannya jatuh ke tangan Belanda.Sultan Hasanuddin akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada putranya bernama Mappasomba.Rakyat yang tidak mau tunduk kepada kepemimpinanBelanda dengan berani mengarungi lautan mencari daerah baru.
2) Perjanjian Batavia
     Dengan semangat lebih baik mati daripada menyerah kepada Belanda, pasukan Sultan Hasanuddin bertempur selama dua hari, lebih dari 2000 orang portugis diusir dari Makassar dan armadanya dihancurkan. Orang Portugis ini oleh Belanda dikirim ke Pulau Timor, dari kedua belah pihak berjatuhan banyak korban yang tewas dan luka.Setelah itu gencatan senjata dilakukan.Perundingan damai dilaksanakan.Karaeng Popo dan sejumlah bangsawan kerajaan Gowa berangkat ke Batavia untuk berunding.Hasilnya, adalah sebuah perjanjian yang merugikan Kerajaan Gowa. Perjanjian itu bernama Perjanjian Batavia yang berisi:
-          Makassar tidak boleh campur tangan soal Buton, Ternate dan Ambon.
-          Banda, Buton, Maluku, Manado tidak boleh didatangi oleh orang-orang Makassar.
-          Orang Portugis dilarang berdagang di Makassar.
-          Belanda Boleh Menetap di Makassar.

2.5 Akhir Perlawanan
Perlawanan rakyat Makassar akhirnya mengalami kegagalan.Salah satu faktor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanuddin dengan Aru Palaka yang merupakan Raja Kerajaan Bone. Pada akhir peperangan, Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani perjanjian Bongaya pada tahun 1667 yang isinya sangat merugikan pihak Makassar.
Sultan Hasanuddin sudah bersumpah tidak akan sudi bekerja sama dengan penjajah Belanda. Pada tanggal 29 Juni 1669 Sultan Hasanuddin meletakkan jabatan sebagai Raja Gowa ke-16 setelah selama 16 tahun berperang melawan penjajah dan berusaha mempersatukan kerajaan Nusantara.
Sebagai penggantinya ditunjuk putranya I Mappasomba Daeng Nguraga Bergelar Sultan Amir Hamzah. Sesudah turun tahta, Sultan Hasanuddin banyak mencurahkan waktunya sebagai pengajar Agama Islam dan berusaha menanamkan rasa kebangsaan dan persatuan.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan rakyat Makassar terhadap Belanda tetap diteruskan oleh Putra Sultan Hasanuddin yaitu Mapasomba. Untuk mengahadapi perlawanan rakyat Makassar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran dan pada akhirnya Belanda berhasil menghancurkan Makassar dan menguasai wilayah kerajaan tersebut sepenuhnya,
Lalu pada hari Kamis tanggal 12 Juni 1670 bertepatan dengan tanggal 23 Muharram 1081 Hijriah. Sultan Hasanuddin wafat dalam usia 39 tahun. Beliau dimakamkan disuatu bukit di pemakaman Raja-raja Gowa di dalam benteng Kale Gowa di Kampung Tamalate.
I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla'Pangkana telah tiada. Tetapi semangatnya tetap berkobar di dada setiap insan bangsa yang mendambakan perdamaian dan kebebasan di Bumi Pancasila ini.
Nama Sultan Hasanuddin abadi dalam dada. Menghormati jasanya dengan mengabadikan namanya menjadi nama jalan pada hampir disetiap Kota di Nusantara. Universitas Hasanuddin sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia bagian Timur, mempergunakan namanya dan memakai lambangnya "Ayam Jantan Dari Timur".



BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sultan hasanuddin adalah salah satu tokoh pejuang yang patut dihargai jasa-jasanya. Dengan gigihnya, beliau membela dan rela berkorban demi  mempertahankan kedaulatan tanah air dari sang kolonial. Sejak kecil beliau telah dibekali dengan ilmu pemerintahan, diplomasi, dan ilmu peperangan.Beliau juga telah debekali dengan ilmu agama dan semangat perjuangan yang tinggi, sehigga dapat mengantarkannya menjadi raja gowa ke-16.Dengan semangat perjuangan yang tinggi, Beliau dengan mudahnya dapat menyingkirkan penjajah dari bumi nusantara.Karena hal itulah sehingga beliau mendapat julukan sebagai “ayam jantan dari timur” karena kegigihannya dalam memukul mundur penjajah dari tanah air.Beliau dapat dijadikan pedoman bagi para generasi muda untuk selalu menjaga kedaulatan tanah air dan meningkatkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap tanah air. Karena masa depan bangsa ini berada di tangan generasi mudanya.


3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap pembaca dapat termotivasi untuk melanjtkan perjuangan para pejuang kemerdekaan Indonesia, khusunya yang dibahas dalam makalah ini adalah Sultan Hassanudin. Marilah kita menjaga semangat persatuan dan kesatuan seperti halnya para pahlawan kita. Sudah merupakan kewajiban setiap warga negara untuk menghargai jasa para pahlawannya. Apabila dalam makalah ini, terdapat kesalahan atau kekurangan, maka penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.



DAFTAR PUSTAKA 
http://sejarah-indonesia-lengkap.blogspot.co.id/2015/11/sejarah-perjuangan-sultan-hasanuddin-melawan-belanda.html( diakses tanggal 3 September 2017)
http://handikap60.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-perlawanan-sultan-hasanudin.html( diakses tanggal 3 September 2017)
http://www.sejarah-negara.com/2013/10/perlawanan-sultan-hasanuddin-terhadap.html( diakses tanggal 3 September 2017)
http://loelobenamakassar.blogspot.co.id/2012/02/riwayat-perjuangan-sultan-hasanuddin.html( diakses tanggal 3 September 2017)
http://framitaanike.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-perang-makasar.html( diakses tanggal 3 September 2017)
http://framitaanike.blogspot.co.id/2015/06/sejarah-perang-makasar.html ( diakses tanggal 3 September 2017)
https://www.academia.edu/21936004/Perlawanan_Makassar_Terhadap_VOC(diakses tanggal 9 September 2017)